Thursday, April 12, 2018

HARU... KISAH ISTRI SOLEHAH YANG DI POLIGAMI





Pernikahan bukan senda gurau dan kejenuhan, namun menyatukan diri dalam ikatan suci untuk menggapai surgaNya Alloh sang Ilahi

sahabat..
Semua yang disyariatkan Allah adalah benar yg harus kita lakukan dan Syariat itu tidak pernah salah dan keliru yang menjadikannya hancur adalah pribadi manusia.....

Sebut saja namaku Abdullah.
Aku diberi Allah pendamping yang supel, pintar, rajin dan sangat sholehah, sebut saja namanya Aisyah, hidupku sangat bahagia apalagi Aisyah telah memberiku dua orang putra dan satu orang putri.. 

Rumah tanggaku sangat bahagia. Suatu hari hatiku di uji oleh Allah Aku jatuh cinta pada seseorang gadis yang sangat cantik dan lebih muda, sebut saja namanya Fatimah yang lebih membuatku semakin kuat ingin menikah lagi degan Fatimah karena ia sangat sholehah dan bersedia menjadi istri kedua ku.

Akhirnya aku putuskan untuk menikah dengan Fatimah, aku sudah memberi tahu istriku namun Aisyah tidak menjawab apa apa.. Yang kulihat hanya airmata yang tiba-tiba jatuh saat ku sampaikan itu, aku tak peduli.. Toh nanti juga dia akan menerima..

Terjadilah pernikahan antara aku dan Fatimah.. Awal awal nya memang agak susah tapi lama kelamaan akhirnya baik-baik saja hanya saja Aisyah sedikit lebih pendiam dari setelah aku menikah lagi

Waktu terus bergulir tidak terasa aku sedah membinah rumah tangga degan Fatimah sudah satu tahun dan dikaruniai seorang putri yang sekarang berusia 6 bulan, semantara Aisyah tidak banyak yang berubah darinya,..

Hari-hari terus bergulir dan aku mulai bosan dan jenuh, sehingga terjadilah badai dalam keluargaku, aku ingin mencereikan salah satu istriku, akhirnya terjadi pertengkaran dalam keluargaku dan jatuhlah talak ku pada Aisyah, kulihat ada airmata di wajahnya namun dia terus diam daalm kebisuan air mata Ku biarkan

Ghozy, Ghassan dan Balqis anak anak ku ikut dengan Aisyah karena aku tahu  mereka pasti akan memilih ibunya..

Tahun berganti tahun.. 
Hidupku dengan Fatimah pun mulai goyang, sebenarnya aku sangat bahagia dengannya namun sifat manja dan tidak memahami perasaanku membuatku tidak nyaman, dan tak jarang rumah tangga kami mulai diterpa pertengkaran. 

Suatu ketika kami pernah bertengkar hebat dan membuat aku enggan pulang ke rumah, akupun mampir disebuah mesjid, kularutkan diri dalam sholat.. dalam mesjid itupun aku rindu dengan Aisyah dan anak-anak ku.. Tapi dimana mereka?

7 tahun yang silam saat aku mentalak Aisyah,, Ghozy putra pertamaku berusia 5tahun,  dan Ghassan berusia 4tahun sementara Balqis berusia1tahun,  hingga kini aku tak pernah mananyakan kabar mereka apalagi mengirimkan mereka biaya hidup.. Sungguh semakin membuatku menderita memikirkannya . 

Saat itu hujan turun dengan lebatnya.. 
Aku pelan pelan dan diam diam mulai mencari Aisyah dan anak-anak ku, namun hasilnya tak berhasil, aku mulai menanyakan kiri kanan pada keluarganya atau pada teman teman Aisyah tapi tetap nihil .. 

Mereka hilang bagai ditelan bumi.. 
Dimana mereka ya Allah.. Doaku dalam hati. Aku semakin ketakutan manakala tak mendapat info apa apa tentang mereka.. Pikiran ku semakin tak menentu.. Di sisi lain Fatimah hidup denganku  dengan sejuta tuntutan.

Hari-hari pun terus berlalu.. 
Bahkan hampir 6 bulan aku mencari mereka.. Hingga pada suatu hari sehabis mengikuti kajian.. 
Tiba-tiba seorang ustadz mendekatiku "Abdullah... Apakah kau sudah bertemu Aisyah dan anak-anak mu......?" 
ku geleng kan kepala degan air mata.. Kerinduan.. 

Ustadz itu berkata " insyaallah mereka baik-baik saja" perkataan sang ustadz membuatku menatap wajahnya lekat lekat.. 
Wajah sang ustadz seolah tersirat ia mengetahui keberadaan Aisyah dan anak-anak ku... Ternyata benarlah dugaan ku sang ustadz memberi tahu setelah ku desak dimana Aisyah dan anak-anak ku..

Aisyah menghilang dalam hidupku dan menetap di sebuah kota yang sangat jauh dari tempat yg pernah menjadi kota tempat kami saat membina rumah tangga.. Jauh dan sangat jauh...jarak tempuhnya 4hari perjalanan.... 

Di sebuah pondok pesantren dipelosok desa tepat dilereng gunung... 
Saat itu aku berangkat bersama sang ustadz sebagai petunjuk dan mediator yg mempertemukan aku degan dia Aisyah.. Perjalanan yang panjang membuat aku dan sang Ustadz ingin beristirahat sejenak.. 

Mampirlah kami disalah satu mesjid di tempat itu.. Dada ku bergemuruh, perasaanku tak menentu, aku jadi ketakutan manakala anak anak ku tidak mau melihatku apalagi menerima ku.. terus ku yakinkan hatiku.. 

Tiba-tiba lamunanku hilang oleh merdunya suara adzan, airmata ku menetes menghayati kalimat sang mu'adzin.. Saat itu waktu magrib.. Aku dan Ustad memutuskan bermalam dimesjid tersebut.
Allahu Akbar... Suara imam menggema aku tenggelam dalam sholat oleh tartil nya bacaan imam.. Menunjukkan sangat fasih dlm melafalkan Al Quran.. Setelah selesai sholat sang imam memberikan tausyiah singkat tentang hargailah orang yang selalu bersama Kita.. Lisan sang imam benar-benar mengiris hatiku...

Keesokan hari dikala subuh menjelang aku berdoa ya ALLAH pertemukan aku degan Aisyah dan anak-anak ku... Adzan subuhpun berkumandang.. Sebelum sholat sang ustadz berkata insyaallah pagi ini kau akan bertemu dengan putra pertamamu... 

Semakin bergemuruh hatiku ditambah lagi suara sang imam membuat para jama'ah memecahkan tangisan.. Sungguh desa dan tempat yang dipilih Aisyah benar-benar sangat damai dari kebisingan dunia.

Benar lah pagi itu aku bertemu dengan putra sulungku Ghozy yang tiada lain adalah imam yang dari tadi malam membuat jemaah menangis karena tartilnya membaca Quran... Hatiku bergemuruh.. 

Dalam usia yang sangat mudah ia telah memiliki ilmu setara gurunya.. Hatiku kembali bergemuruh mana kala melihat nya tumbuh menjadi penghafal Quran... Menetes air mata ku kepeluk di erat sekali kutanyakn kabar ibu dan adik adik nya..... Degan gaya bahasa yang sangat sopan Ghozy menceritakan perjalanan ibunya menanggung ketiga anaknya tanpa ada sosok ayah.. Ghozy telah di dewasakan oleh ilmunya walau ia baru berumur 14 tahun... Kisah perjalanan istrinya di dengar degan air mata tak terbendung...

Hati Abdullah semakin merinding kala Ghozy mengatakan bahwa adiknya Ghassan yg usia beda setahun deng Ghozy telah berangkat ke madinah karena prestasinya.. 

Disisi lain Balqis yg berusia sembilan tahun telah selesai mengikuti program kelas tahfidz.. Ghozy degan tegas mengatakan kami semua bisa seperti yang abi dengar karena sosok ibu yang telah abi tinggalkan.. 

Umi membesarkan dan mendidik kami untuk lebih mencintai Allah.. 
Umi memberi kami makan dari hasil kerjanya sebagai orang yang mencuci piring di dapur pondok ini.. Abi.. 

Umi tak pernah mengajari kami untuk membencimu tapi ketahuilah kau adalah ayah kami,tp kau tak layak jadi suami dari ibuku.. Kalimat itu terdengar bagai petir.. Dunia terasa gelap.. Wajah ku menunduk.. Aku tak tahu harus berbuat apa.

dan hatiku semakin bergemuruh, ternyata Ust yang membawa saya hingga ketemu aku bersma keluargaku adalah suami dari mantan istriku, dan ayah dari ayah anak- anak ku.

saudaraku nasehat dari kisah ini adalah:
seseorang yang sudah alloh pilihkan untuk kita jangan sia siakan, jangan kau acuhkan, jangankau sakiti, dan jangan kau khianati...

jagalah ia, sayangi ia, cintai ia, karena kebahagiaan susah kau dapatkan, kebahagiaan yang sudah kau bangun bertahun tahun jika sudah hancur susah untuk membangunnya kembali

teruntuk para suami.. jika kau ingin mempunyai istri lebih dari satu, tidak mengapa asal kau bisa berbuat adil padanya, jika tidak bisa, cukup satu yang kau cintai dan sayangi.

_jangan lupa bahagia, jangan lupa bahagiakan keluargamu_




#kisah ini di ambil dari FB dahlia dahlan hanya ada editan sedikit🌸


0 comments:

Post a Comment